TELAH BEREDAR…
DAYAK MENGGUGAT
Sebuah buku yang mengupas tentang Sejarah Masa Lalu, Perjuangan, Kearifan Lokal, Hak Atas Sumber-Sumber Penghidupan, Dan Diskriminasi Identitas.
• Hingga kini pun suku Dayak masih saja dianggap suka mengayau, tidak mau maju atau kolot, nomaden, keras kepala, dan temperamen. Padahal sejatinya Dayak itu sungguh sangat santun, religius, patuh, dan punya motivasi yang sangat kuat untuk maju atau berubah. Perlakuan tidak adil dari sekolompok penguasa itulah yang menjadikan suku Dayak harus berjuang sendiri untuk maju. Buku ini dapat menawarkan informasi kronologis yang sesungguhnya bagi pembaca.
-Markus Mardius—Wartawan Senior, Profesional Motivator, Trainer dan Fasilitator, asal Pergung-Balai Berkuak-Ketapang, tinggal di Papua।
• Sebuah buku yang mengupas tentang persoalan manusia Dayak। Tak hanya berkutat pada budaya semata, namun ada isu politik, sosial, lingkungan, dan sistem religi. Termasuk persoalan kekinian yang dihadapi manusia Dayak. Mulai dari pertambangan, illegal logging, hingga perkebunan monokultur yang menjadi ancaman kelestarian lingkungan dan budaya.
Di tengah modernitas dan serbuan budaya global yang kadang melunturkan, semangat dan kearifan lokal, buku ini hadir memberikan jawaban. Tak kalah penting, ditulis orang muda Dayak berpendidikan yang masih peduli dengan persoalan kaumnya.
Stefanus Akim, Redaktur Tribun Pontianak-Kompas Gramedia.
• Kiranya buku Dayak Menggugat dapat menjadi motivasi generasi muda Dayak untuk berpikir, berbuat, bertindak, berjuang membela hak-hak masyarakat adat yang tertindas.
–Yohansen, Founder & Administrator www.ceritadayak.com dan pengurus aktif Indonesian Borneo Community.
• Membaca buku ini membawa saya ke sebuah lorong pemikiran intelektual Dayak yang (mencoba) kritis dan tidak tinggal diam. Sangat direkomendasikan untuk anda baca.
-Faustinus Handi, Munster City, Jerman.
• Orang muda Dayak adalah agen perubahan yang harus memperjuangkan hak-hak masyarakat Dayak. Perjuangan lewat kreasi dan pemikiran dengan talenta yang dimiliki merupakan salah satu keberpihakan pada pembangunan manusia Dayak kedepan. Buku ini mengajak kita untuk peka dan sadar akan perkembangan jaman, sudah saatnya kita berbenah diri dan bertindak.
-Hubertus Vincencius Wake, Ketua Lembaga Studi Dayak Yogyakarta.
• Modernitas Kalimantan tergambar di buku ini, merengut jiwa dan raga manusia Dayak didalamnya. Sebagai entitas utama, Dayak tercerabut dari akar budayanya, bahkan masa depannya demi kelangsungan Indonesia. Inilah yang namanya “menghina akal sehat”. Dikisahkan buku ini, walau diterjang berbagai fenomena sejarah, manusia Dayak masih eksis, meski kadang naik-turun, maju-mundur. Mirip frekwensi radio ataupun foreign trading... ataupun bursa efek...Di era otonomi daerah seperti sekarang ini, patutlah diwaspadai, bahwa manusia Dayak yang dalam keadaan sekarat dan terjepit, tak mustahil akan memunculkan kembali sebuah gerakan maha dahsyat sebagai konsekwensi logis dari pengerucutan dua pilihan sulit, bergerak cepat untuk hidup atau bertarung hingga ajal menjemput!!!
-Yohanes Supriyadi, Konsultan NGO, Jurnalis, Peneliti dan Project Manager Program Non Violence Education di Kalbar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar